Mengenal Sistem Pengapian Konvensional

√ Mengenal Sistem Pengapian Konvensional Dengan Penjelasan Lengkapnya

Posted on

Finoo.id – √ Mengenal Sistem Pengapian Konvensional Dengan Penjelasan Lengkapnya. Motor pembakaran adalah jenis motor yang menghasilkan tenaga melalui pembakaran campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder (ruang bakar). Berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan, motor pembakaran, terutama pada kendaraan bermotor, dapat dibedakan menjadi dua jenis: mesin bensin dan mesin diesel. Di dalamnya termasuk sistem pengapian, baik konvensional maupun modern.

Pada mesin bensin, percikan api diperlukan di akhir langkah kompresi untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompresi sebelumnya. Hal ini menghasilkan tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan kendaraan.

Sistem yang menghasilkan percikan api ini disebut sistem pengapian. Percikan api terjadi di ujung elektroda busi, di mana tegangan yang cukup tinggi menyebabkan loncatan api. Untuk mencapai tegangan yang diperlukan, ignition coil digunakan untuk meningkatkan tegangan baterai (12 volt) menjadi sekitar 10 ribu volt.

Tegangan yang ditingkatkan kemudian disalurkan ke masing-masing silinder melalui distributor melalui kabel busi. Seiring dengan kemajuan teknologi, sistem pengapian terus berkembang untuk meningkatkan kinerja dan efisiensinya.

Salah satu contoh adalah sistem pengapian elektronik yang menggunakan transistor, CDI, dan lainnya. Komponen-komponen dalam sistem ini juga mengalami perkembangan. Misalnya, pada sistem pengapian konvensional, satu ignition coil digunakan untuk empat silinder, tetapi pada kendaraan modern, satu ignition coil mungkin digunakan untuk setiap silinder atau bahkan untuk dua silinder.

Sebelum memahami sistem pengapian elektronik, penting untuk memahami sistem pengapian konvensional terlebih dahulu, termasuk pengertian, fungsi, komponen, dan cara kerjanya.

Pengertian Sistem Pengapian Konvensional

Pengertian ke 1

Pengertian pertama tentang sistem pengapian konvensional merujuk pada sistem yang fundamental dalam kendaraan bermotor. Ini melibatkan serangkaian komponen yang bekerja bersama untuk mengubah tegangan baterai yang relatif rendah, sekitar 12 volt, menjadi tegangan yang jauh lebih tinggi, sekitar 10 ribu volt. Proses ini sangat penting karena tegangan tinggi yang dihasilkan kemudian dialirkan ke masing-masing silinder mesin.

Di sana, tegangan tersebut memicu loncatan bunga api pada busi. Loncatan ini adalah apa yang diperlukan untuk memulai proses pembakaran yang menyebabkan mesin beroperasi. Jadi, sistem pengapian konvensional adalah salah satu elemen kunci dalam menjaga mesin kendaraan bermotor berfungsi dengan baik, memastikan pembakaran yang efisien dari campuran udara dan bahan bakar.

Pengertian ke 2

Pengertian kedua tentang sistem pengapian konvensional menguraikan proses yang terlibat dalam menyediakan loncatan bunga api yang vital bagi kendaraan bermotor. Sistem ini memiliki peran penting dalam memastikan bahwa busi yang ada di dalam mesin mendapatkan loncatan api yang dibutuhkan untuk memulai proses pembakaran.

Proses dimulai dengan menaikkan tegangan baterai, yang biasanya sekitar 12 volt, menjadi tegangan yang jauh lebih tinggi, yang mencapai sekitar 10 ribu volt, melalui suatu coil. Peningkatan tegangan ini merupakan langkah kunci dalam memicu loncatan bunga api yang kuat pada busi. Untuk mencapai ini, sistem menggunakan bantuan platina yang berfungsi sebagai breaker point. Platina ini memutuskan arus primer yang mengalir dari baterai, yang pada gilirannya memungkinkan terjadinya loncatan bunga api yang dihasilkan oleh busi.

Baca Juga :   √ Cara Meredam Suara Genset agar Tidak Terlalu Berisik

Fungsi Sistem Pengapian

Sistem pengapian konvensional memiliki beberapa fungsi utama yang penting bagi operasi yang efisien dari mesin kendaraan bermotor. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang dua fungsi utama tersebut:

1. Menyediakan loncatan bunga api pada busi dalam waktu yang tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar:

Salah satu fungsi paling vital dari sistem pengapian konvensional adalah memastikan bahwa loncatan bunga api yang diperlukan untuk memulai proses pembakaran terjadi pada saat yang tepat. Ini berarti sistem harus mampu mengatur waktu loncatan bunga api dengan presisi, sesuai dengan posisi piston dalam siklus mesin. Loncatan bunga api yang tepat memungkinkan campuran udara dan bahan bakar untuk terbakar secara efisien di dalam silinder, menghasilkan tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan kendaraan.

2. Menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi pada coil melalui hubung singkat arus primer oleh breaker point (platina):

Untuk memicu loncatan bunga api yang kuat pada busi, diperlukan tegangan yang tinggi. Oleh karena itu, sistem pengapian konvensional juga bertanggung jawab untuk meningkatkan tegangan baterai yang biasanya rendah, sekitar 12 volt, menjadi tegangan yang jauh lebih tinggi, sekitar 10 ribu volt. Proses ini terjadi melalui suatu coil, yang bekerja dengan bantuan platina sebagai breaker point. Platina berperan dalam memutuskan arus primer yang mengalir dari baterai, yang pada gilirannya memungkinkan peningkatan tegangan yang diperlukan untuk menciptakan loncatan bunga api yang kuat pada busi.

Dengan menjalankan fungsi-fungsi ini dengan baik, sistem pengapian konvensional membantu memastikan bahwa mesin kendaraan bermotor dapat beroperasi secara efisien dan kalianl, dengan pembakaran yang tepat waktu dan kuat. Ini menjadi kunci untuk kinerja yang optimal dan kekalianlan dalam berbagai kondisi operasional.

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional

Cara kerja sistem pengapian konvensional dapat dibagi menjadi dua bagian: saat platina membuka dan saat platina menutup. Proses ini juga menjelaskan bagaimana arus listrik dari baterai 12 volt diubah menjadi tegangan sekitar 10 ribu volt oleh kumparan sekunder ignition coil, yang kemudian disalurkan ke busi melalui kabel busi.

1. Saat Kontak Platina Menutup

Pada saat platina menutup, ilustrasi di atas menjelaskan cara kerja sistem pengapian. Pada saat ini, aliran arus dari baterai mengalir melalui kunci kontak, kumparan primer coil, menuju ke platina, dan ke massa. kalian dapat melihat aliran arus ini ditunjukkan oleh garis berwarna merah.

Dengan arus mengalir melalui kumparan primer pada ignition coil, kumparan tersebut menjadi magnetis.

2. Saat Kontak Platina Membuka

Ketika nok distributor berputar dan membuka kontak platina, ini menyebabkan pemutusan tiba-tiba dari arus primer yang mengalir melalui kumparan primer coil. Pemutusan ini memicu induksi elektromagnetik pada kumparan sekunder coil, yang menghasilkan peningkatan tegangan hingga mencapai sekitar 10 ribu volt atau lebih.

Tegangan yang telah ditingkatkan di kumparan sekunder coil dialirkan ke rotor dan didistribusikan ke masing-masing busi. Di busi-busi tersebut, tegangan tinggi yang dialirkan menyebabkan loncatan bunga api yang diperlukan untuk membakar campuran udara dan bahan bakar.

Baca Juga :   √ Perbedaan Gate Valve dan Globe Valve yang Perlu Diketahui

Ketika kontak platina membuka dan menutup, percikan juga terjadi pada permukaan kontak platina. Percikan ini dapat merugikan tegangan dan mempercepat keausan pada kontak platina.

Percikan ini mengakibatkan gangguan pada tegangan karena pemutusan arus primer terhambat oleh percikan api. Untuk mengatasi hal ini, kondensor hadir untuk menyerap tegangan yang berlebihan dan menyimpannya. Ini membantu meminimalkan loncatan bunga api yang terganggu pada platina, menjaga kontak platina agar tidak cepat aus.

Komponen-komponen Sistem Pengapian Konvensional + Fungsinya

Sistem pengapian konvensional memiliki beberapa komponen utama yang memainkan peran penting dalam memastikan proses pembakaran yang efisien dalam mesin kendaraan. Perbedaan utama antara komponen sistem pengapian konvensional dan elektronik terletak pada cara pemutusan arus primer, yang diperlukan untuk menciptakan induksi tegangan tinggi pada ignition coil.

Dalam sistem pengapian konvensional, pemutusan arus primer dilakukan oleh breaker point, yang juga dikenal sebagai platina. Tujuan dari pemutusan arus primer ini adalah untuk menciptakan kondisi di mana terjadi induksi tegangan tinggi pada ignition coil.

Sementara itu, dalam pengapian elektronik, pemutusan arus primer dilakukan oleh transistor atau CDI (Capacitor Discharge Ignition). Ini berarti proses pemutusan arus primer dalam sistem pengapian elektronik menggunakan teknologi semikonduktor dan kapasitor untuk mencapai hal yang sama, yaitu menciptakan induksi tegangan tinggi pada ignition coil.

Berikut adalah komponen-komponen utama dari sistem pengapian beserta fungsinya:

1. Baterai

Dalam sistem pengapian, baterai memiliki peran penting dalam menyediakan arus listrik dengan voltase rendah, biasanya sekitar 12 volt, untuk ignition coil. Selain berperan sebagai komponen utama dalam sistem pengapian, baterai juga berfungsi sebagai sumber listrik untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan kendaraan saat mesin tidak aktif. Beberapa komponen yang bergantung pada pasokan listrik dari baterai meliputi sistem pengisian, klakson, sistem starter, dan berbagai komponen kelistrikan lainnya yang terdapat pada bodi kendaraan.

2. Ignition coil

Berperan dalam meningkatkan tegangan baterai stkalianr (12 volt) menjadi tegangan tinggi (10 kV atau lebih) yang diperlukan untuk pengapian, yaitu untuk menciptakan loncatan bunga api pada busi.

Koil pengapian terdiri dari dua kumparan yang masing-masing dililitkan pada inti besi. Kumparan pertama, yang disebut kumparan primer, dan kumparan kedua, yang disebut kumparan sekunder.

Arus dari baterai mengalir melalui kumparan primer, kemudian diputus oleh breaker point (platina), yang menyebabkan induksi elektromagnetik terjadi pada kumparan sekunder dan menghasilkan tegangan hingga 10 kV atau lebih.

Kumparan primer coil memiliki kawat tembaga dengan diameter yang lebih besar, berkisar antara 0,5 hingga 1,0 mm, namun memiliki jumlah gulungan yang lebih sedikit, yaitu sekitar 150 hingga 300 kali.

Sementara itu, kumparan sekunder memiliki kawat tembaga dengan diameter yang lebih kecil, namun memiliki jumlah gulungan yang lebih banyak, berkisar antara 15.000 hingga 30.000 gulungan.

3. Distributor

Berperan dalam membagi atau mendistribusikan tegangan tinggi yang telah dihasilkan oleh ignition coil ke setiap silinder, distributor terdiri dari beberapa komponen utama:

a. Cam (Nok):
Berfungsi untuk membuka breaker point (platina) pada sudut crankshaft (poros engkol) yang tepat untuk setiap silinder. Nok ini terhubung dengan poros distributor, biasanya didorong oleh poros nok (cam shaft).

b. Breaker Point (Platina):
Berperan dalam memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer pada ignition coil untuk menciptakan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder melalui induksi elektromagnet.

c. Kondensor:
Berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api yang terjadi pada platina saat pembukaan, dengan tujuan untuk meningkatkan tegangan pada coil sekunder.

d. Centrifugal Governor Advancer:
Berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.

e. Vakum Advancer:
Berperan dalam memajukan saat pengapian berdasarkan beban mesin. Biasanya berbentuk seperti piringan dengan dua selang yang terhubung ke karburator dan intake manifold. Dipasang pada distributor dan terhubung dengan backing plate atau dudukan platina. Ketika aktif, vakum advancer akan menggeser backing plate yang akan memengaruhi pembukaan dan penutupan platina.

Keterangan gambar:

Plat dudukan kontak pemutus yang bergerak radial.

  • Batang penarik.
  • Diafragma.
  • Pegas.
  • Langkah maksimum.
  • Sambungan slang vakum.

f. Rotor:
Berperan dalam mendistribusikan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke tiap-tiap busi.

g. Distributor Cap:
Berfungsi untuk mendistribusikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi untuk masing-masing busi.

4. Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Cord)

Berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dengan tegangan tinggi dari ignition coil ke busi, komponen ini sering disebut sebagai kabel busi.

Baca Juga :   Pengertian Turbin: Fungsi, Jenis dan Prinsip Kerjanya

Kabel busi dapat mengalami masalah seperti hambatan yang terlalu besar atau bahkan bisa putus. Jika ini terjadi, pengapian yang dihasilkan tidak akan optimal.

5. Busi (Spark Plug)

Busi berperan dalam menciptakan loncatan bunga api melalui elektrodanya, yang merupakan bagian penting dari proses pengapian. Juga berfungsi sebagai pemancar arus listrik tegangan tinggi yang kemudian menghasilkan loncatan bunga api pada elektrodanya. Busi juga dikenal dengan nama lain yaitu spark plug.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai sistem pengapian konvensional, meliputi pengertian, cara kerja, fungsi, dan komponennya. Terima kasih.

BACA JUGA :

Penutup

Dalam keseluruhan pkalianngan, memahami sistem pengapian konvensional adalah langkah yang penting bagi pengguna kendaraan bermotor. Dari pengertian dasar hingga komponen-komponen yang memainkan peran penting dalam proses pengapian, artikel ini telah memberikan wawasan yang komprehensif.

Dengan sistem pengapian konvensional, kita melihat bagaimana tegangan rendah dari baterai dapat diubah menjadi tegangan tinggi yang memicu loncatan bunga api yang diperlukan untuk membakar campuran udara dan bahan bakar. Dari koil pengapian hingga busi, setiap komponen memiliki peran uniknya dalam menjaga mesin beroperasi secara efisien.

Melalui penjelasan tentang breaker point, distributor, rotor, dan komponen lainnya, kita memahami bagaimana setiap bagian bekerja secara bersama-sama untuk menciptakan proses pembakaran yang tepat waktu dan kuat.

Demikianlah artikel finoo.id yang membahas tentang √ Mengenal Sistem Pengapian Konvensional Dengan Penjelasan Lengkapnya. Semoga artikel kami dapat bermanfaat dan terimakasih telah membaca artikel ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *