Hirarki Pengendalian Bahaya

Hirarki Pengendalian Bahaya: Pengertian, Resiko dan Contohnya

Posted on

Finoo.id – Hirarki Pengendalian Bahaya: Pengertian, Resiko dan Contohnya. Saat berupaya mengatasi bahaya, sangat penting untuk mematuhi Hirarki pengendalian bahaya sesuai dengan stkalianr Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tingkat-tingkat ini perlu diutamakan untuk memastikan bahaya dapat dikelola dengan efektif.

Dalam konteks pengelolaan bahaya, menaati urutan pengendalian adalah krusial untuk mengurangi risiko terjadinya insiden. Contohnya, kecelakaan atau situasi yang berpotensi menyebabkan kematian.

Apa itu Hierarki Pengendalian Risiko?

Hierarki pengendalian merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengendalikan potensi bahaya di lingkungan kerja. Dalam stkalianr ISO 45001, hierarki pengendalian digunakan sebagai pendekatan sistematis guna meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dengan menghilangkan bahaya dan mengurangi serta mengendalikan risiko yang terkait.

Tahapan dalam hierarki pengendalian dijalankan secara berurutan, dimulai dari tingkat efektivitas, perlindungan, dan kekalianlan yang tertinggi, hingga mencapai tahapan dengan tingkat efektivitas, perlindungan, dan kekalianlan yang lebih rendah dan kurang dapat dikalianlkan.

Eliminasi atau penghapusan bahaya merupakan tahap pengendalian tertinggi dalam hierarki, diikuti oleh langkah mengurangi risiko melalui substitusi dan rekayasa teknologi. Selanjutnya, langkah pengendalian administratif dilakukan. Pengurangan risiko melalui penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan tahap pengendalian terendah dan hanya digunakan sebagai langkah ‘terakhir’.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Ancaman yang sudah diidentifikasi dan dinilai memerlukan tindakan pengendalian guna menghilangkan atau mengurangi risiko menjadi tingkat yang aman.

kalian perlu mampu menilai apakah langkah-langkah pengendalian yang ada sudah memadai, memerlukan penyempurnaan, atau bahkan memerlukan tindakan pengendalian baru. Jika diperlukan langkah pengendalian tambahan atau perbaikan, pemilihan harus berdasarkan pada prinsip hierarki pengendalian.

Untuk memahami berbagai tingkatan pengendalian terhadap ancaman dengan lebih lengkap, silakan simak penjelasan di bawah ini.

1. Eliminasi

Tahap puncak dalam hierarki pengendalian bahaya adalah eliminasi, yang berarti bahaya harus dihapuskan sepenuhnya agar tidak menimbulkan risiko bagi para pekerja.

Baca Juga :   √ Apa Itu Ear Muff? Fungsi dan Jenisnya Lengkap

Namun, kadang-kadang pelaksanaan eliminasi menghadapi beberapa kendala. Salah satunya adalah ketidakmampuan pekerja untuk melakukannya karena kompleksitas masalah yang ada.

Namun, dalam beberapa kasus yang lebih ringan, eliminasi bisa dilakukan dengan cepat dan mudah. Dengan begitu, masalah tidak akan berdampak besar meskipun hasilnya mungkin tidak terlalu signifikan.

  • Sebagai contoh:

Seorang ahli K3 melihat tumpahan cairan di lantai yang berpotensi menyebabkan kecelakaan karena dapat membuat permukaan licin.

Untuk mengatasi situasi ini, diperlukan tindakan eliminasi dengan mengeringkan cairan tersebut sepenuhnya. Misalnya, dengan menggunakan kain pel atau alat serupa.

Namun, untuk bahaya yang lebih serius seperti risiko longsor atau paparan gas beracun, eliminasi mungkin sulit karena sumbernya berasal dari faktor alam.

Inilah alasan mengapa jika eliminasi tidak memungkinkan, langkah selanjutnya dalam hierarki dilakukan. Substitusi atau penggantian dengan solusi yang sejenis menjadi pilihan.

2. Substitusi

Substitusi menjadi langkah kedua dalam pelaksanaan pengendalian bahaya. Hirarki pengendalian bahaya ini dijalankan atas dasar beberapa pertimbangan.

Salah satu pertimbangan tersebut adalah ketidakmampuan sebuah lembaga atau perusahaan untuk melakukan eliminasi. Oleh karena itu, mereka perlu melakukan proses penggantian sebagai alternatif yang lebih layak.

Selain itu, modifikasi juga bisa dilakukan sebagai langkah awal. Dengan melakukan modifikasi, risiko bahaya dapat diperkecil, sehingga dampaknya pada pekerja dapat ditekan.

  • Sebagai contoh:

Misalkan sebuah perusahaan memiliki mesin yang akan digunakan untuk memproduksi produk dalam jumlah besar. Sayangnya, mesin tersebut mengalami masalah sehingga menghasilkan suara yang sangat bising.

Suara yang mengganggu tersebut tentu akan mengganggu kenyamanan para pekerja yang harus berada di sekitarnya selama berjam-jam. Namun, perusahaan tidak memiliki dana untuk mengganti atau menghilangkan mesin tersebut.

Solusi yang dapat diambil adalah melakukan penggantian dengan mesin yang memiliki fungsi yang mirip. Sebagai alternatif eliminasi, substitusi dipilih dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya.

Yang terpenting, mesin masih bisa beroperasi dan produksi produk dapat tetap berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Perancangan / Engineering Control

Mengalami perbedaan sedikit dari poin sebelumnya yang mengusung penggantian sebagai cara untuk mengurangi risiko atau mengendalikan situasi, pada tahap ini, pekerja atau ahli K3 akan menggunakan pendekatan perancangan dalam tindakan pengendalian.

Baca Juga :   Pengertian JSA (Job Safety Analysis): Fungsi dan Tujuan Lengkap

Mereka akan melakukan modifikasi pada suatu objek atau elemen yang berpotensi menimbulkan bahaya.

  • Contoh kasus:

Mari kita lihat contoh kasus yang berhubungan dengan mesin yang menghasilkan suara bising seperti yang disebutkan sebelumnya.

Sebagai alternatif penggantian dan pembelian mesin baru, perusahaan memutuskan untuk melakukan modifikasi pada mesin tersebut agar tingkat kebisingannya dapat dikontrol.

Dengan demikian, pekerja yang bekerja di sekitarnya tidak akan terganggu oleh suara yang bising. Bahkan, mereka dapat menggunakan penutup telinga untuk meminimalisir dampak suara tersebut.

4. Administrasi

Tahap administrasi dilaksanakan dengan membuat peraturan yang bertujuan untuk mengurangi risiko. Dalam konteks ini, hierarki pengendalian bahaya akan dianalisis secara komprehensif dan panduan akan dibentuk.

Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya masalah, bahkan membuatnya lebih mudah untuk dikendalikan.

  • Contoh kasus:

Dalam situasi yang terkait dengan penggunaan mesin untuk mengurangi suara bising, salah satu langkahnya adalah mengatur agar mesin hanya dioperasikan selama beberapa jam sebelum dimatikan. Langkah ini diambil untuk meminimalisir dampak suara bising.

5. Alat Pelindung Diri

Tingkatan akhir dalam hierarki pengendalian bahaya melibatkan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). APD digunakan untuk melindungi bagian tubuh individu dari risiko atau bahaya dalam lingkungan kerja.

Tingkatan terakhir ini dipilih ketika langkah-langkah pada empat tingkatan sebelumnya tidak dapat diimplementasikan karena beberapa alasan tertentu. Dalam keadaan seperti ini, penggunaan APD menjadi solusi yang harus diambil.

Selain itu, APD seringkali lebih ekonomis atau terjangkau meskipun secara umum tidak mampu memberikan perlindungan maksimal. Bahkan setelah menggunakan APD, risiko bahaya tetap ada.

  • Contoh Kasus:

Dalam proyek konstruksi, terutama di area yang berisiko, para pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri seperti helm untuk melindungi kepala mereka dari benda jatuh atau runtuhan.

Dengan menggunakan APD seperti helm, jika ada material yang jatuh dari atas, kepala pekerja tidak akan langsung terkena dampaknya. Ini mengurangi risiko terjadinya cedera atau masalah serius.

Baca Juga :   Program Zero Accident: Pengertian, Kriteria dan Cara Mencapainya

Selain itu, contoh lain termasuk APD yang digunakan oleh tenaga medis di rumah sakit, terutama dalam situasi pandemi yang belum berakhir. APD yang melindungi dari penularan Covid-19 juga masuk dalam tingkatan terakhir dalam hierarki pengendalian bahaya.

Hierarki pengendalian bahaya merupakan stkalianr penting dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Terutama untuk perusahaan dengan risiko tinggi terhadap kecelakaan atau ancaman keselamatan, penerapan konsep ini sangatlah penting.

Inilah alasan mengapa perusahaan perlu memiliki ahli K3 yang berkompeten. Dengan demikian, setiap tindakan yang diambil dapat dianalisis untuk meminimalkan risiko atau bahkan melakukan eliminasi jika diperlukan.

Dengan menjalankan pendekatan ini secara efektif, risiko terhadap kecelakaan dan kesehatan kerja dapat diminimalisir, dan para pekerja dapat bekerja dengan aman. Pendekatan ini juga akan sejalan dengan produktivitas perusahaan secara keseluruhan.

Baca Juga :

Penutup

Dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif, memahami dan menerapkan Hirarki Pengendalian Bahaya adalah langkah yang sangat krusial.

Sistem ini bukan hanya sebuah protokol stkalianr, melainkan sebuah bentuk investasi untuk kesejahteraan pekerja dan efisiensi organisasi.

Dengan menempatkan kontrol dari yang paling efektif hingga yang memerlukan peran aktif dari pekerja, Hirarki Pengendalian Bahaya menjadi alat yang kuat untuk minimisasi resiko.

Ingatlah, sebuah insiden kecil pun dapat berujung pada konsekuensi serius, baik bagi individu maupun organisasi. Oleh karena itu, jangan abaikan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Hirarki Pengendalian Bahaya.

Demikianlah artikel finoo.id yang membahas tentang Hirarki Pengendalian Bahaya: Pengertian, Resiko dan Contohnya. Semoga artikel kami dapat bermanfaat dan terimakasih telah membaca artikel kami.-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *