Finoo.id – √ Apa Itu Derating? Penyebab dan Klasifikasinya Lengkap. Pernahkah Anda mengalami situasi di mana perangkat elektronik yang dimiliki tidak dapat beroperasi secara optimal atau tidak mencapai performa maksimalnya?
Kejadian semacam itu sebenarnya sering terjadi, terutama jika perangkat elektronik tersebut sudah berusia lama dan sering digunakan. Fenomena ini dikenal dalam dunia elektronika dengan istilah derating atau de-rating.
Biasanya, derating dapat terdeteksi dari lamanya waktu yang diperlukan oleh perangkat untuk mencapai tingkat performa maksimalnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi kemungkinan hal tersebut terjadi dalam industri berskala besar, seorang insinyur akan lebih selektif dalam memilih komponen pembangunan perangkat tersebut.
Apa Itu Derating ?
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, derating adalah gangguan pada unit pembangkit yang disebabkan oleh ketidakmampuan unit tersebut untuk menghasilkan daya (MW) sebanyak yang seharusnya dari Demand Maximum Nominal (DMN). Ketika derating terjadi, pembangkit hanya mampu mencapai 98% dari DMN.
Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan daya juga menjadi 30 menit lebih lama. Setelah unit tidak lagi mengalami derating, pada saat itu kinerja penghasilan dayanya menjadi setara dengan DMN, dan waktu yang diperlukan kembali normal.
Derating dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Sebelum mengetahui jenis-jenisnya, perlu dipahami bahwa kondisi ini berfungsi untuk melindungi pembangkit dari tegangan dan potensi kegagalan yang dapat terjadi akibat perubahan pada operasionalnya.
Dengan demikian, risiko kegagalan komponen akibat operasional ekstrem dapat diminimalkan dengan baik.
Penyebab Derating
Penyebab derating juga bisa bervariasi antara setiap unit pembangkit, seperti contohnya:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
PLTD, atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, adalah jenis pembangkit yang sering mengalami derating, dan beberapa penyebab umumnya meliputi:
- Part Pembangkit yang Aus karena Gesekan:
Salah satu penyebab derating pada PLTD adalah ausnya beberapa bagian pembangkit akibat gesekan berulang. Ketidaksempurnaan pelumasan atau pemakaian yang intensif dapat menyebabkan ausnya komponen-komponen tertentu, mengurangi kemampuan pembangkit untuk mencapai daya maksimal. - Pemeliharaan yang Kurang Baik pada Sistem Air Pendingin:
Kurangnya perawatan pada sistem air pendingin juga dapat menjadi pemicu derating. Sistem pendingin yang tidak terawat dengan baik dapat mengakibatkan peningkatan suhu pada pembangkit, yang pada gilirannya dapat mengurangi efisiensi dan kinerja pembangkit. - Pengaruh Suhu Udara Lingkungan terhadap Kinerja Pembangkit:
Suasana panas lingkungan juga dapat berkontribusi terhadap derating pada PLTD. Ketika suhu udara meningkat, pembangkit mungkin mengalami penurunan kemampuan operasionalnya. Oleh karena itu, suhu udara yang tinggi dapat menjadi faktor penghambat yang mempengaruhi kinerja pembangkit secara keseluruhan. Perawatan yang tepat dalam kondisi suhu ekstrem dapat membantu mengatasi potensi derating.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
PLTG, Pembangkit Listrik Tenaga Gas, memiliki potensi untuk mengalami derating, dan beberapa penyebab umumnya mencakup:
- Peningkatan Suhu Udara Lingkungan:
Kenaikan suhu udara di sekitar pembangkit dapat menjadi pemicu derating pada PLTG. Suhu yang tinggi dapat mengurangi efisiensi pembangkit dan membatasi kemampuannya untuk mencapai daya maksimal. Oleh karena itu, perhatian khusus terhadap suhu udara lingkungan menjadi penting untuk mencegah penurunan kinerja. - Pengaruh Tekanan Udara Luar:
Tekanan udara luar yang memasuki kompresor dapat mengalami penurunan karena adanya kotoran pada filter udara. Filter udara yang kotor dan tidak terawat dengan baik berpotensi menyebabkan derating, karena membatasi aliran udara yang diperlukan untuk proses pembangkitan daya. - Penurunan Tekanan Udara Keluar dari Kompresor:
Penurunan tekanan udara yang keluar dari kompresor dapat menyebabkan penurunan kemampuan PLTG. Kondisi ini dapat terjadi akibat kebocoran atau masalah teknis lainnya pada sistem. Pemeliharaan rutin dan pemantauan tekanan udara keluar menjadi kunci untuk mencegah derating yang disebabkan oleh faktor ini. - Suhu Exhaust Gas yang Tinggi:
Suhu gas buang yang tinggi juga dapat menyebabkan derating pada PLTG. Suhu yang berlebihan dapat mengurangi efisiensi termal dan berpotensi merusak komponen pembangkit. Pengelolaan suhu exhaust gas dengan baik merupakan langkah penting dalam menjaga kinerja dan mencegah derating.
3. PLTA
PLTA, Pembangkit Listrik Tenaga Air, cenderung mengalami derating akibat faktor-faktor alam. Baik intensitas curah hujan maupun kondisi catchment area memainkan peran penting dalam kinerja pembangkit ini. Peningkatan curah hujan dapat meningkatkan kapasitas pembangkit, sementara catchment area yang baik juga dapat memperkuat kemampuan PLTA.
4. PLTU
PLTU adalah jenis pembangkit dengan risiko kecil untuk mengalami derating.
Derating dapat diatasi dengan menggantikan unit pembangkit yang mengalami derating dengan unit baru yang memiliki ukuran lebih besar dan lebih efisien. Unit pembangkit yang mengalami derating umumnya akan direhabilitasi dan kemudian direlokasi ke area dengan sistem yang lebih kecil.
Sebagai contoh, PLTU berkapasitas 35 MW mungkin hanya mampu memproduksi listrik maksimal 31 MW, mengindikasikan bahwa PLTU tersebut mengalami derating sebesar 4 MW.
Selain itu, terdapat penyebab eksternal derating yang seringkali berada di luar kendali operator. Beberapa di antaranya melibatkan:
- MVAR:
Variasi dalam faktor daya (MVAR) dapat menyebabkan derating. Pemantauan dan penyesuaian yang tepat diperlukan untuk menjaga faktor daya pada tingkat yang stabil. - Kenaikan Arus Generator:
Peningkatan arus generator dapat mempengaruhi kinerja dan menyebabkan derating. Pengendalian dan pemantauan yang cermat diperlukan untuk mengatasi perubahan ini. - Nilai CosQ Tidak Stabil:
Fluktuasi tidak stabil dalam nilai CosQ (faktor daya) dapat menjadi penyebab derating. Stabilitas faktor daya perlu dijaga agar kinerja pembangkit tidak terpengaruh secara signifikan. - Penyumbatan atau Elevasi Air pada Saluran Trash Rack:
Penyumbatan atau perubahan elevasi air pada saluran trash rack juga dapat menyebabkan derating. Pemeliharaan rutin pada infrastruktur ini diperlukan untuk mencegah gangguan yang dapat mempengaruhi kinerja pembangkit.
Klasifikasi Derating Pada Unit Pembangkit
Operasi ini dilakukan dengan satu tujuan. Saat diterapkan, de-rating dibagi menjadi beberapa jenis, yakni:
1. Planned De-rating (PD)
Planned De-rating (PD) adalah jenis de-rating pertama yang melibatkan frekuensi perawatan yang cukup rutin dibandingkan dengan jenis lainnya. Tes dilakukan secara terjadwal setiap bulan untuk memastikan kinerja optimal. Prosedur ini telah direncanakan dengan baik, termasuk jadwal operasionalnya, dan harus diajukan terlebih dahulu kepada pihak manajemen sebelum pelaksanaan.
Jika permintaan ini disetujui, PD dapat dilakukan sesuai jadwal. Namun, jika tidak disetujui, ini dapat menyebabkan penundaan yang lebih panjang sebelum de-rating dapat dilaksanakan.
2. Maintenance Derating (MD) atau D4
Maintenance Derating (MD) atau dikenal dengan kode D4 adalah kategori de-rating berikutnya. Pada kategori ini, kondisi de-rating mengalami penundaan dari waktu yang sebelumnya disepakati oleh load dispatcher. Meskipun demikian, pembangkit tetap diharuskan menurunkan kapasitas pada minggu berikutnya.
Apabila load dispatcher belum menyetujui pengajuan, durasi MD atau D4 bisa menjadi lebih panjang, tergantung pada persetujuan yang diberikan. Kategori ini mencerminkan penyesuaian yang diperlukan dalam kondisi operasional dan menekankan pentingnya komunikasi antara pihak yang terlibat agar proses de-rating dapat berjalan dengan efisien.
3. MDE atau Maintenance De-rating Extension (DM)
Maintenance De-rating Extension (MDE) merupakan kategori perpanjangan dari jadwal de-rating yang telah ditetapkan sebelumnya. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya penundaan dalam proses pemeliharaan yang seharusnya selesai tepat waktu. Terkadang, perpanjangan waktu diperlukan karena ada perbaikan yang membutuhkan material tertentu yang belum tersedia. Oleh karena itu, pemeliharaan harus diperpanjang hingga material tersebut tiba.
Durasi perpanjangan dapat bervariasi, mulai dari perpanjangan harian hingga mingguan, tergantung pada kompleksitas pemeliharaan yang diperlukan. Proses ini khususnya memerlukan koordinasi yang baik dengan pihak manajemen pembangkit untuk memastikan ketersediaan sumber daya dan penyelesaian pemeliharaan dengan tepat.
4. PDE atau Planned De-rating Extension (DP)
Planned De-rating Extension (PDE) adalah kategori de-rating yang terjadi sesuai rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pengajuan de-rating sudah mencantumkan estimasi waktu operasi dan perkiraan selesai, dan ini terintegrasi dalam proses Planned De-rating (PD).
Semua komponen yang akan diperbaiki bersama dengan prosedur perbaikannya telah direncanakan secara matang sebelumnya. Proses ini memastikan bahwa pengajuan perpanjangan terjadi seiring dengan PD dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. PDE mencerminkan pengelolaan yang terstruktur dan terencana dari proses de-rating untuk meminimalkan dampak terhadap operasional pembangkit.
5. DE atau Derating Extension
Derating Extension (DE) dapat terjadi jika pekerjaan pada tahap awal membutuhkan waktu pengerjaan lebih lama dari yang sebelumnya dijadwalkan. Namun, penting untuk dicatat bahwa jika pekerjaan tersebut mengalami masalah di luar dugaan dalam lingkupnya, DE tidak akan ditetapkan.
Pada dasarnya, DE merupakan perpanjangan dari Planned De-rating (PD) atau Maintenance De-rating (MD) (D4). Oleh karena itu, DE baru diterapkan setelah PD atau MD berakhir, memberikan fleksibilitas tambahan dalam menyesuaikan jadwal de-rating sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan yang sebenarnya.
6. FD1 (D1) atau Unplanned (Forced) De-rating
Unplanned (Forced) De-rating (FD1 atau D1) disebut “immediate” karena alasan yang mendesak. De-rating jenis ini mengharuskan penurunan kapasitas secara segera sebagai respons terhadap gangguan yang memiliki potensi untuk membesar jika tidak ditangani dengan cepat.
Keadaan FD1 mencerminkan situasi darurat yang membutuhkan tindakan instan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut atau untuk menjaga keamanan sistem. Sebagai respons terhadap keadaan yang tidak terduga, FD1 menyoroti urgensi dalam menangani masalah teknis yang dapat memengaruhi kinerja pembangkit secara signifikan. Pemulihan secepat mungkin menjadi prioritas untuk meminimalkan dampak terhadap operasional pembangkit.
7. FD2 (D2) atau Unplanned (Forced) De-rating
Unplanned (Forced) De-rating (FD2 atau D2) disebut “delayed” karena membutuhkan penurunan kapasitas dalam kurun waktu enam jam, yang tidak segera seperti kategori sebelumnya. Dalam situasi ini, reaksi terhadap gangguan membutuhkan waktu yang lebih lama, tetapi masih memiliki tingkat urgensi yang signifikan. Meskipun penurunan kapasitas tidak secepat FD1, langkah-langkah pengurangan kapasitas tetap diterapkan dalam waktu yang relatif singkat untuk mengatasi masalah yang timbul.
8. FD3 (D3) atau Unplanned (Forced) De-rating
Unplanned (Forced) De-rating (FD3 atau D3) dikenal juga sebagai “postponed”, di mana proses de-rating ditunda hingga enam jam atau lebih. Pada kondisi ini, respons terhadap gangguan diatur untuk dilaksanakan dengan waktu yang lebih luas, memungkinkan penundaan yang terkontrol dalam proses de-rating. Meskipun ada penurunan kapasitas, waktu ekstra memberikan fleksibilitas untuk mengevaluasi dengan lebih cermat dan merencanakan langkah-langkah perbaikan. Proses ini mencerminkan strategi yang lebih terperinci dalam menanggapi gangguan dan menyesuaikan derating sesuai kebutuhan operasional yang spesifik.
BACA JUGA :
- √ Contoh Perubahan Energi Cahaya Menjadi Energi Listrik Lengkap
- Pengertian Instalasi Listrik Rumah Tangga & Penjelasan Lengkapnya
- Cara Memasang Genset ke Listrik Rumah Pasti Berhasil
- Fungsi Trafo Pada Rangkaian Elektronik Serta Jenisnya
Penutup
Dengan menggali lebih dalam tentang apa itu derating, dapat kita pahami bahwa derating merupakan suatu kondisi penurunan kapasitas atau performa dari suatu sistem atau perangkat.
Artikel ini telah membahas berbagai jenis derating, mulai dari Planned De-rating (PD), Maintenance De-rating (MD), hingga kategori Unplanned (Forced) De-rating seperti FD1 (D1), FD2 (D2), dan FD3 (D3).
Sebagai pengingat, derating bukan hanya suatu kendala teknis, tetapi juga memiliki implikasi terhadap efisiensi dan produktivitas suatu sistem.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai konsep derating menjadi kunci untuk menjaga kelancaran dan keandalan operasional perangkat atau sistem kelistrikan.
Dengan upaya yang tepat dalam perawatan dan manajemen, kita dapat mengoptimalkan performa perangkat dan sistem, menjaga keberlanjutan operasional, kalianmeningkatkan efisiensi energi secara keseluruhan.
Demikianlah artikel finoo.id yang membahas tentang √ Apa Itu Derating? Penyebab dan Klasifikasinya Lengkap. Semoga artikel kami dapat bermanfaat dan terimakasih telah membaca artikel ini.